Langsung ke konten utama

Postingan

Refleksi 2018, Wacana 2019!

Sebuah resolusi menjadi wacana jika tidak terencana, Sebuah aksi menjadi biasa jika tak dilaksana, Janji juga tak berarti jika tak ada aksi nyata, Dan aspirasi tak tersampaikan jika tak diterapkan segera. Sama seperti wacana awal tahun, Yang rencana direalisasikan akhir tahun, Yang katanya akan lebih baik Taunya belum baik, Yang rencananya akan memulainya tapi terhambat alasan sederhana. Bagi yang sudah merealisasikan wacananya, Bersyukurlah pada yang maha kuasa, Bagi yang belum, Tetaplah berdoa dan berusaha. Apapun yang kalian rencanakan, Buat itu menjadi kebahagiaan kalian, Terus berusaha menjadi nadi yang seharusnya, Semoga kita selalu senantiasa menjadi yang terbaik, Untuk kita dan semuanya, Selamat menempuh awal yang baik dan bersiap memacu diri menjadi versi tertinggi diri sendiri. -BangYog-  Bukan termasuk mengumbar diri tapi Semoga bisa menjadi inspirasi, Dari resolusi 2018 lalu Semoga cerita ini bisa menjadi bukti bahwa tulisan
Postingan terbaru

AIR MATA BAHAGIA #LOMBOKBANGKIT DI PEMENANG

Tim Relawan di Sembalun, Lombok, NTB. Dua puluh empat September dua ribu delapan belas, Pagi hari bersinar cerah seakan siap mendampingi kami memulai hari. Setelah istirahat yang cukup semalam hari ini kami memulai perjalanan kembali mengantarkan logistic ke salah satu daerah di Lombok. Kami bersiap mulai dari jam lima pagi, Setelah bergantian mandi kami mempersiapkan logistic apa saja yang akan di bawa nanti. Hari ini kami akan menempuh kembali perjalanan sekitar 3 jam ke Sembalun bagian Utara tepat di bawah kaki gunung kerinci. Daerah ini merupakan salah satu daerah yang terdampak cukup parah. Dalam perjalanan kami melihat banyak sekali rumah rata oleh tanah bahkan ada beberapa jembatan yang runtuh tak bersisa, Namun ada beberapa jalan yang kembali di bangun sebagai jalur evakuasi dan pengantaran logistic menuju sembalun. Kami melewati banyak jalan ekstrim dengan kelokan tajam dan jalan menanjak, beberapa kali supir kami memperlambat laju kendaraan untuk memastikan dapat mel

LOMBOK BANGKIT #2 Dongeng Di Pedalaman Sugian

Tim relawan SP Mathilda & Warga. Sinar mentari menerpa pagi, menampakkan cerahnya aktivitas pagi. Seperti biasa kami terbangun di Posko TBBM Ampenan, di tenda 4 x 4 khas TNI AD yang menjadi basecamp bermalam kami di pulau Lombok. Kami mengawali pagi dengan menyiapkan perlengkapan trauma healing, menghitung banyaknya barang yang harus di bawa, hingga memastikan itu cukup untuk kegiatan sehari penuh. Pagi ketiga kami berkeliling Mataram hingga Lombok Barat untuk mengantarkan Logistik barang kebutuhan korban gempa mulai dari Dopang hingga Barakokok, sesekali mengobrol dengan warga sekitar apa yang mereka butuhkan. Kebanyakan berupa sembako dan perlengkapan bayi, kami semaksimal mungkin memenuhi kebutuhan korban dan ikut menyemangati mereka. Perjalanan kami hari ini menyebarkan logistic kebeberapa tempat, Sore harinya kami berkunjung ke tempat sahabat saya salah satu anak muda penggerak lingkungan dan anak muda di Mataram untuk berkoordinasi mengenai kegiatan besok Lely nama

LOMBOK BANGKIT

www.google.com/Gempalombok Dua puluh Sembilan Juli dua ribu delapan belas gempa berkekuatan 6.4 SR menghantam salah satu pusat pariwisata Indonesia. Tempat dimana laut dan gunung paling indah berada, Lombok namanya. Pulau dengan segala keiindahannya terguncang oleh gempa ribuan kali. Korban berjatuhan, rumah hancur tak karuan, jalanan rusak parah, tempat ibadah rata oleh tanah. Lombok jadi tempat mencekam dengan ribuan gempa yang menghantamnya. Tak hanya rasa kehilangan harta dan nyawa, Trauma juga melanda seluruh warga Lombok dan sekitarnya. Gempa yang bertubi-tubi meluluhlahtahkan rumah warga, sekolah, rumah sakit dan banyak lagi yang rata akibat gempa.  Namun seperti halnnya semboyan dari Indonesia " Bhinneka Tunggal Ika" yang artinya Berbeda-beda tetapi tetap Satu. Satu artinya warga Lombok adalah bagian dari Indonesia bagian dari satu rakyat memijak bumi nusantara. Tak lama setelah gempa melanda, relawan dari seluruh penjuru nusantara datang tak henti-hentin

EDF Siap Merugi untuk Inovasi

Hallo Bosku! Lanjut lagi site visit BangYog di hari ke tiga IEA Forum Paris 2018. Setelah puas menjelajah dan berdiskusi di pabrik Autolib yang merupakan perusahaan electric car service dan memiliki lebih dari 3900 armada EV (Electric Vehicle) dan 5000 Charging station for EV di setiap sudut kota paris. ini juga bentuk kerjasama antara pemerintah paris dengan pemerintah swasta sebagai bentuk pengurangan polusi udara #ParisAgreement.  Hari sudah mulai siang, Kami beranjak meninggalkan Autolib setelah kegiatan selesai. Tujuan kami berikutnya adalah EDF " Electricite De France" semacam perusahaan negaranya perancis seperti PLN jika di Indonesia. Perjalanan menempuh waktu 45 menit dari Autolib masih di Area Suburbs kota Paris. Suasana Depan Kantor EDF.  Sampai disana kami tercengang dan haru karena bendera Indonesia berkibar didampingin bendera Uni Eropa dan Negara Perancis, Sambutan yang sangat menyentuh bagi kami delegasi Indonesia untuk paris dalam IEA For

Day 3, Mencolek Autolib EV penghuni tiap sudut Kota paris

Masi gelap rasanya ketika aku terbangun, Subuh disini begitu dingin 9 derajat celcius. Setelah sholat subuh, Saya dan Luca berencana untuk jogging memutari kota paris jam 5.30 pagi sekedar berlari ringan dari hotel hingga keliling Eiffel di pagi buta. Masih gelap disana tapi kapan lagi kami dapat kesempatan menikmati dinginnya paris sambil berlari di landmark paling dikagumi dunia. Tutup telinga, Syal dan jaket sudah abang siapin, Tapi pagi itu abang ingin menikmati dinginnya paris sekaligus menantang diri ditengah dinginnya Eropa, Tapi itu bukan pilihan baik, Jogging hanya dengan celana pendek dan baju lengan pendek, hanya membawa smartphone sebagai penunjuk arah tanpa membawa tumbler sebagai penyangga minum. Ahhh..... Dinginnya Paris yang gelap di pagi itu cukup membuat kami mengigil, Berlari melalui Rue de la federation ke rue marioni sampai ke tour Eiffel dengan pakaian seperti itu bukan pilihan tepat, Dehidrasi juga cepat melanda, setengah jam berlalu abang sampai di La Tour

Day 2, Tensi Presentasi diredam dengan makan di Cafe Pengkolan

Hari kedua di kota croissant, terbangun dipagi yang gelap untuk sholat subuh sebelum memulai kegiatan. Dingin cuaca paris menyerbak bak batu es, 11 derajat kulihat di smartphoneku, Suasana masih gelap ketika aku siap padahal sudah menunjukkan 07.00 am, wajar karna perbedaan waktu yang cukup jauh dari Indonesia, 6 jam lamanya. Kami bertiga mempersiapkan amunisi untuk mempresentasikan topic kami sebaik mungkin, Suasana Pagi di paris sungguh nikmat, lalu lalang manusia semakin ramai, Kendaraan yang melintas juga tak semacet di ibu kota. Ya karna moda transportasi disana sudah memadai mulai dari bus, EV, hingga metro. Jarak ke Forum IEA hanya selemparan batu yang lempar berkali-kali maksudnya,haha. Kurang lebih 500 meter hingga sampai di IEA Paris. Melewati bangunan super cantik, decak metro lalu lalang, begitupun warga paris selalu fashionable. Penulis di depan IEA HQ, Paris. Sesampai kami di IEA HQ kami langsung di sambut Kierran, Diajaknya kami kembali berkeliling k